Malam Lailatul Qadar adalah malam mulia yang nilainya lebih baik daripada 1.000 bulan (354.000x malam biasa):
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan.
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” [QS Al Qadar: 1 - 5]
Asbabun Nuzul (Sebab-sebab turunnya ayat Al Qur’an) di atas adalah:
Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut
seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya
selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan
orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3) yang
menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan
Bani Israil selama seribu bulan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid)
Dalam
riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat seorang
laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang
memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama
seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang
menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal
seribu bulan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil
tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid).
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid).
Para
sahabat kagum dan iri karena lelaki Bani Israel tersebut selama 1.000
bulan (83 tahun 4 bulan) selalu beribadah dan berjihad kepada Allah
karena sejak lahir dia sudah berada di atas agama yang lurus. Sedang
para sahabat karena ajaran Islam baru disyiarkan Nabi, banyak yang masuk
Islam pada umur 40 tahun atau lebih. Sehingga sisa waktu mereka hanya
20-30 tahun saja. Tak bisa menandingi ibadah lelaki dari Bani Israel
tersebut.
Karena
itulah turun ayat di atas. Jika ummat islam beribadah pada malam
tersebut, niscaya pahalanya sama dengan pahala 1000 bulan. Karena itu
perbanyaklah shalat, dzikir, doa, membaca Al Qur’an, bersedekah, dan
berjihad di jalan Allah pada malam Lailatul Qadar.
Kapan Malam Lailatul Qadar itu Terjadi?
Malam Lailatul Qadar terjadi pada 1 malam ganjil pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan (malam ke 21, 23, 25, 27, atau 29):
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan:
Aisyah
r.a. berkata, “Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, dan beliau bersabda, ‘Carilah malam qadar pada malam ganjil
dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” [HR Bukhari dan HR
Muslim]
Jika berat mencari pada 10 malam terakhir, coba cari pada 7 malam terakhir:
Dari
Ibnu Umar ra bahwa beberapa shahabat Nabi SAW melihat lailatul qadr
dalam mimpi tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya hendaknya
ia mencari pada tujuh malam terakhir.” Muttafaq Alaihi.
Kenapa
mencari malam Lailatul Qadar pada 10 atau 7 hari terakhir
(ganjil/genap)? Kenapa tidak 5 hari ganjil yang terakhir saja? Saat ini
banyak kelompok masih berbeda penetapan 1 Ramadhan. Ada yang misalnya
tanggal 1 bulan X Masehi. Ada pula yang tanggal 2. Jadi tidak jelas mana
yang ganjil dan yang genap. Lebih aman kita tetap giat di 10 malam
terakhir entah itu ganjil/genap.
Dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan ra bahwa Nabi SAW bersabda tentang lailatul qadar: “Malam dua puluh tujuh.” [Abu Daud]
Ibnu
Abbas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Carilah Lailatul Qadar
pada malam sepuluh yang terakhir dari (bulan) Ramadhan. Lailatul Qadar
itu pada sembilan hari yang masih tersisa, tujuh yang masih tersisa, dan
lima yang masih tersisa.” [HR Bukhari]
Apa Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar?
Dari
Ubay ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “Pagi hari
malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti
bejana hingga meninggi.” (HR Muslim 762).
Dari
Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda (yang
artinya), “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan,
seperti syiqi jafnah (setengah bejana).” (HR Muslim 1170)
Dan
dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang
artinya), “(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak
panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar
mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR Thayalisi (349), Ibnu
Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan).
dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah SAW:
“Lailatul
qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada
awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar
pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR.
at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
Bagaimana Cara Mengisi Malam Lailatul Qadar?
Nabi Muhammad ber-i’tikaf (tinggal di masjid) pada 10 malam terakhir:
Aisyah
r.a. berkata, “Nabi apabila telah masuk sepuluh malam (yang akhir dari
bulan Ramadhan) beliau mengikat sarung beliau, menghidupkan malam, dan
membangunkan istri beliau.” [HR Bukhari]
Di masjid beliau shalat wajib dan sunnah, membaca Al Qur’an, berzikir, berdo’a, dan sebagainya.
Nabi biasa melakukan shalat sunnat malam (Tarawih) pada bulan Ramadhan:
Abu
Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang
mendirikan (shalat malam) Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari
Allah, maka diampuni dosanya yang telah lampau.” [Hr Bukhari]
Doa Malam Lailatul Qadar:
Dari
‘Aisyah ra bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku
tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam
tersebut? Beliau bersabda: “bacalah:
(artinya:
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan,
maka ampunilah aku).” Riwayat Imam Lima selain Abu Dawud.
Ciri-ciri Orang yang Mendapat Malam Lailatul Qadar
Ciri-ciri
dari orang yang mendapat Malam Lailatul Qadar adalah dia ibadahnya
lebih rajin daripada sebelumnya. Dia jadi lebih rajin shalat, puasa,
sedekah, dsb.
Tidak berani mengerjakan hal-hal yang maksiat. Tidak mungkin dia mabuk-mabukan, berjudi, atau pun berpacaran/mendekati zina.
0 komentar:
Posting Komentar